MIMPI DAN
PENGLIHATAN DARI BALI
Pulau Bali - Indonesia |
Sabtu, 30 Jan 2016 pk
22:30
Seperti biasa, setelah
mengatur kursi untuk ibadah raya, keesokan harinya saya langsung masuk ke kamar
untuk segera beristirahat. Setelah selesai membersihkan badan, saya langsung
masuk ke kamar untuk segera tidur.
Minggu, 31 Jan 2016
Saya mendengar pintu kamar
saya digedor-gedor oleh orang, memerintahkan untuk segera bangun. Saya membuka
mata saya tetapi terlalu silau karena seperti ada sorotan lampu senter yang
diarahkan kepada saya, orang tersebut memaksa saya untuk segera bangun dan lalu
saya diseret untuk masuk ke dalam truk yang telah siap di luar pastori gereja
kami. Saya bisa melihat pada akhirnya, orang-orang yang memaksa saya untuk naik
ke atas truk, beberapa orang dengan pakaian perang lengkap layaknya tentara
zaman ini. Saya tidak tahu kemana saya akan dibawa namun saya mengetahui arah
mana truk tersebut melaju. Truk tersebut melaju ke arah Denpasar.
Setelah sekian lama
akhirnya saya mendengar kami semua diperintahkan untuk segera turun dari truk.
Saya segera turun dan segera tahu di mana saya berada, ketika itu saya ada di
sebuah gedung yang berada di daerah Jl. Sudirman, Denpasar.
Saya melihat antrian yang
sangat panjang, banyak sekali orang yang antri. Setelah sekian lama akhirnya
posisi antrian saya semakin dekat dengan ujungnya. Di ujung antrian ini saya
melihat sebuah meja besar dan beberapa orang yang sedang duduk di depannya
mendata dan menanyai orang orang yang sedang mengantri itu, semakin dekat
posisi saya, akhirnya saya mampu mendengar apa yang menjadi pertanyaan
orang-orang tersebut.
Ada 2 pertanyaan yang
diajukan orang tersebut, pertama mengenai data diri orang yang diajukan
pertanyaan, yang kedua “Apa kamu mau menerima pemimpin kami sebagai TUHAN?“ Ada
yang mau menerima dan langsung menerima cap di tangan ataupun di dahi. Adapula
yang tidak mau dan langsung ditembak dahinya di tempat dan mayatnya diseret
keluar lalu dibuang layaknya sampah. Tiba juga giliran saya, setelah saya
didata dan saya ditanyai, jawaban saya, saya tidak mau dan lalu saya ditembak
di dahi saya.
Keanehan terjadi setelah
saya tertembak, saya terbangun dan saya berada di kamar saya kembali, namun
kali ini ketika terbangun saya melihat di samping saya ada sesosok seperti
manusia. Berpakaian putih yang teramat bersih, baju zirah dari emas, layaknya
tentara romawi jaman dulu. Membawa pedang yang masih tersarungkan, rambutnya
ikal, matanya layaknya manusia namun di tengah-tengahnya ada nyala api yang
sangat tajam. Saya diajaknya bangun lalu diajaknya berjalan keluar, saya tidak
melihat satupun orang yang saya kenal. Saya diajak keluar dan saya melihat
jalan-jalan aspal sudah terbelah dan saya melongok ke bawah, saya melihat
banyak jiwa yang berteriak-teriak minta tolong.
Sungai dari lava yang
terlihat sangat panas. Saat berjalan bersama sosok tersebut saya melihat ada
beberapa orang dari bawah itu memanjat naik, ada yang hampir keluar, ketika
tangannya sudah menyentuh atas, ada sebuah kail yang sangat besar terlempar
dari bawah lalu menancap ke tubuh, kepala, pundak, dan ditariknya kembali orang
tersebut ke bawah untuk kembali disiksa.
Setelah sekian lama saya
diajak berjalan dan melihat pemandangan mengerikan seperti itu, saya dibawanya
naik, terus sampai pada satu tingkatan dimana saya melihat seperti di dalam
hutan. Hutan itu tidak seperti selayaknya hutan yang mengerikan, namun hutan
tersebut terlihat begitu indah dan menyenangkan. Banyak orang disana
bercengkerama, makan, minum, dan memuji TUHAN. Ada sebuah sungai yang cukup
deras dan indah. Banyak batu, banyak air namun tidak dalam, ikan-ikan
berlompatan.
Saya terus diajak berjalan
oleh sosok ini dan terus dibawanya naik, sampailah pada tingkatan selanjutnya
saya berada di depan sebuah pelataran yang sangat besar, setengah lingkaran
dengan pilar-pilar yang besar dan banyak tentara yang berjaga. Saya melihat
sebuah bangunan yang besar di tengah-tengah. Saya berjalan dan mendekat ke
bangunan tersebut, ada sebuah pintu yang amat besar dan dibuka oleh 2 orang.
Saya masuk ke dalam
bangunan tersebut saya melihat 6 kursi di sebelah kanan, 6 kursi di sebelah
kiri, dan sebuah Takhta besar di tengah-tengah. Bau di dalam bangunan tersebut
seperti bau bakaran yang sering dibakar oleh anak-anak penari sewaktu
penyembahan.
Ketika saya di tengah,
saya melihat 6 orang keluar di kanan dan di kiri saya. Wajahnya bersinar
layaknya lampu dengan baju yang putih, teramat putih seperti tidak ada baju
warna putih yang mampu menyamainya. Terlihat sangat indah. Setelah ke-12 orang
tersebut sampai pada tempat duduknya mereka bernyanyi dalam bahasa yang tidak
saya mengerti artinya namun saya seperti pernah mendengarnya (kemudian saya
diberitahukan bahwa itu merupakan bahasa Ibrani ).
Ketika mereka bernyanyi
maka keluarlah sesosok seperti manusia, namun saya tidak mampu melihat
wajahnya, terlalu terang bahkan lebih terang dari sinar matahari, badannya pun
mengeluarkan cahaya yang teramat terang. Setelah sosok tersebut sampai di
Takhta-Nya, sosok tersebut memerintahkan semua untuk duduk.
Setelah duduk, Dia berkata
kepada saya, “Adit, Adit“, saya menjawab, “Iya saya.“ Dia berkata, “Waktu-Ku
akan segera tiba, perbaiki hati, jaga hati, jaga kekudusan, jangan malas, dan
jangan bodoh. Sampaikan kepada semua orang mengenai apa yang Aku katakan.“ Saya
jawab, “Baik, akan saya sampaikan.“ Lalu sosok itupun pergi, dan diikuti ke-12
orang di samping saya.
Setelah itu semua, saya
diajak pergi oleh sosok pertama yang mengajak saya pergi, dibawanya saya
keluar, terus berjalan kembali ke kamar dimana saya tidur. Lalu saya tertidur
kembali. Saya terbangun dan semua kembali seperti keadaan semula.
Rabu, 3 Feb 2016
Saya sedang bekerja dan
baru pulang dari wilayah Nusa Dua, langsung menuju kantin untuk makan siang.
Setelah makan saya menuju ke atas, ke meja kerja saya untuk beristirahat.
Ketika sampai saya duduk lalu senderan di kursi.
Saya tiba-tiba terbangun,
namun tidak berada di meja saya kerja, saya terbangun di tengah-tengah padang
rumput dan saya melihat ada jalan setapak, saya ikuti dengan mata saya dan saya
melihat gedung besar yang pertama saya saksikan, saya masuk ke sana. Saya
menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat siapa ada di sana bersama saya, lalu saya
merasa ada yang memeluk saya dan bertanya, “Hai anak-Ku, bagaimana kabarmu?
" Saya menoleh dan saya langsung memeluknya. Saya tahu itu Yesus, karena
dalam hati saya saya merasa seperti diguyur oleh air dingin pada hari yang
sangat panas. Kami ngobrol tentang apapun, saya peluk Dia erat-erat, tidak mau
melepaskannya, lalu Dia berkata pada saya, “Lihatlah ke atas, mampukah engkau
menghitung banyaknya bintang di langit itu?“ Lalu saya menjawab, saya tidak
mampu TUHAN, Dia berkata pada saya, “Sama seperti banyaknya bintang di langit,
sebanyak itulah kasihKU padamu, besarnya kasihKU pada semua orang.“ Saya
memandang wajah-Nya dan memeluknya lebih erat.
Lalu Ia mengajak saya
pergi dari sana, di jalan kami bercanda, berbicara, ngobrol mengenai banyak
hal. Setelah sekian lama, saya sampai di bangunan tersebut saya diiajaknya
masuk. Lalu dibawanya saya berjalan melaui lorong di belakang ke 6 kursi di
sebelah kanan, lalu sampailah saya di depan sebuah pintu. Dibukanya pintu itu,
lalu saya melihat ada sebuah meja yang sangat indah dan di atasnya ada 2 buah
cawan. Yang di kiri hampir-hampir penuh sedangkan yang di kanan ¾ penuh. Saya
bertanya pada TUHAN, “Apakah itu?“ TUHAN jawab, “Yang di sebelah kiri adalah
cawan kejahatan, sedangkan yang di kanan, adalah cawan doa anak TUHAN.“ Lalu
saya bertanya lagi, “Apa yang terjadi apabila cawan itu luber?“ TUHAN menjawab,
"Iblis punya hak untuk menuntut nyawa anakKu, Aku akan seret anak-anak-Ku,
Aku akan seret mereka agar mereka terselamatkan.“ Lalu, “Jagalah hatimu, jaga
kekudusanmu, jangan malas, dan jangan bodoh.“ Lalu saya menangis sambil
memeluk-Nya, Dia bawa saya keluar dan kembali duduk di kursi yang pertama. Dia berkata
kepada saya, “Sampai ketemu lagi anak-Ku.“
Seketika itu saya
terbangun, namun saya terbangun di kamar UGD di salah satu klinik di Denpasar,
saya akan diberi defribilator di dada saya. Saya berteriak, bahwa saya tidak
apa-apa, mengapa saya mau diberi tindakan seperti itu. Teman saya yang berada
di samping saya berkata bahwa saya tidak bernafas lagi ketika di kantor duduk
tertidur di meja saya, detak jantung tidak ada lagi. Oleh karena itu saya
dibawa ke sana.
Saya menceritakan apa yang
saya alami, mereka hanya manggut-manggut sembari bilang bahwa saya bermimpi.
Lalu saya kembali ke kantor dan bekerja.
Saya berdoa supaya kesaksian ini dapat menjadi berkat bagi saudara.
0 komentar:
Posting Komentar